Senin, 04 Juli 2011

Karakteristik Anak Tuna Rungu

Dalam Aspek Akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara, berbahasa, dan mendengar mengakibatkan anak tuna rungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
Dalam Aspek Sosial-Emosional
a. Pergaulannya terbatas dengan sesama tuna rungu, karena mereka memiliki keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi
b. Sifatnya cenderung egois yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berfikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri
c. Perasaan takut terhadap lingkungan sekitar yang menyebabkan mereka tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri
d. Memiliki sifat polos
e. Cepat marah dan mudah tersinggung.
3. Dalam Aspek Fisik atau Kesehatannya
a. Jalannya kaku dan agak membungkuk
b. Gerak matanya lebih cepat
c. Gerakan tangannya cepat
d. Pernafasannya pendek
e. Dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang normal lainnya.
Klasifikasi Ketunarunguan
1. Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran
a. Tuna rungu ringan (Mild Hearing Loss)
b. Tuna rungu sedang (Moderate Hearing Loss)
c. Tuna rungu agak berat (Moderately Severe Hearing Loss)
d. Tuna rungu berat (Severe Hearing Loss)
e. Tuna rungu berat sekali (Profound Hearing Loss)
2. Berdasarkan Saat Terjadinya
a. Tuna rungu prabahasa
b. Tuna rungu pasca bahasa
3. Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran Secara Anatomis
a. Tuna rungu type konduktif
b. Tuna rungu type sensorineural
c. Tuna rungu type campuran
4. Berdasarkan Asal-usulnya
a. Tuna rungu endogen
b. Tuna rungu eksogen

Pembagian Kelas
Pembagian kelas pada SLB-B ini sama dengan sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah adanya kelas observasi. Kelas observasi ini merupakan kelas di mana anak diidentifikasi untuk mengetahui jenjang pendidikan yang sesuai untuknya. Lamanya kelas observasi bergantung kepada kemampuan individu siswa. Semakin siswa memiliki kecakapan, semakin cepat pula siswa tersebut memasuki kelas dasar, begitu pun juga sebaliknya. Kelas observasi ini dilaksanakan maksimal dua tahun.

Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SLB-B ini pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara guru dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas.

1. Media
Media yang digunakan dalam pembelajaran sama dengan sekolah pada umumnya, namun ada media yang khusus digunakan dalam pembelajaran di SLB-B ini, yaitu alat bantu dengar dan Kamus Besar Bahasa Isyarat.
2. Metode
Metode yang digunakan sama dengan sekolah pada umumnya, namun ada metode yang khusus digunakan dalam pembelajaran di SLB-B ini, yaitu metode percakapan dan metode bubbling atau pelafalan.
a. Metode Percakapan
Metode percakapan merupakan metode yang bertujuan untuk melatih siswa agar mampu mengucapkan kata atau kalimat.
b. Metode Bubbling atau Pelafalan
Metode bubbling atau pelafalan merupakan metode yang bertujuan untuk melatih siswa agar mampu memahami kata atau kalimat.
3. Insinstrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran yang ada di SLB-B ini sama dengan sekolah pada umumnya, yaitu berupa soal-soal ujian baik berupa pilihan ganda, isian maupun uraian.
4. Kendala-kendala
Kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam hal finansial. Berhubung SLB-B ini merupakan sebuah yayasan maka biaya pendidikannya pun tidak ditentukan jumlahnya hanya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dari tiap orang tua siswa. Namun menurut hasil observasi kami, SLB-B ini mendapatkan bantuan operasional dari pemerintah.
Cara Berkomunikasi
1. Macam metode berkomunikasi
- Membaca ujaran (speech reading),
memahami percakapan dengan bunyi ujaran yang dapat tertampak oleh bibir
- Belajar bahasa melalui pendengaran, memahami percakapan dengan bantuan alat dengar.
- Belajar bahasa secara manual, memahami percakapan secara manual seperti interaksi pada orang-orang normal disekitarnya.
2. Guru dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan-gerakan tangan yang memiliki arti khusus dari tiap gerakannya.
3. Siswa dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antar siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat juga. Dan komunikasi ini bisa terjadi jika siswa bertatap muka secara langsung dengan lawan bicaranya.
Upaya Sekolah dalam Mengembangkan Potensi Siswa
1. Akademik
dalam bidang akademik, beberapa upaya sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Upaya tersebut berupa pelatihan dan pengeyaan yang diberikab kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan pula kemampuan intelektual khususnya pada keterampilan membaca dengan memperbanyak struktur kata sehingga anak mampu berinteraksi dengan orang tanpa keterbatasan bahasa atau bunyi-bunyi.


2. Bidang Kesenian
Dalam bidang kesenian, ada banyak upaya sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Upaya tersebut berupa kegiatan yang diselipkan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya yang diselipkan dalam kegiatan belajar adalah berupa kegiatan seni tari. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu. Seni tari yang diajarkan di SLB-B ini adalah tari Jaipong.
Selain tari-tarian, kegiatan lain yang ada di SLB-B ini adalah berupa seni musik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai alat musik yang ada di salah satu ruangan khusus. Alat-alat yang ada di SLB-B ini misalnya angklung, drum, rebana, dan gitar.
3. Sulam
Kegiatan lain yang ada di SLB-B ini adalah menyulam. Saat kami melakukan observasi, di sana kami melihat hasil sulaman para siswa yang sudah dipajang di dalam kelas dan di setiap lorong kelas.
4. Pramuka
Kegiatan yang satu ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SLB-B Sukapura. Menurut info yang kami dapat dari hasil observasi, para anggota pramuka SLB-B Sukapura ini pernah mengikuti kegiatan Raymuna yang dikhususkan untuk anak cacat.
5. Menjahit
Kegiatan menjahit merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang memberikan wahana kepada siswa dalam mengembangkan aspek psikomotornya khususnya bagi siswa perempuan. Tersedianya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan ini seperti ruangan khusus dan mesin jahit itu sendiri. Siswa diberi pengetahuan dalam membentuk pola baju hingga menjadi sebuah pakaian jadi.
Program Layanan Bimbingan
1. Ditinjau dari segi jenisnya
2. Ditinjau dari segi tempat sistem pendidikan
3. Ditinjau dari segi strategi pembelajaran
4. Ditinjau dari segi fungsi dan tujuan evaluasi dalam pembelajaran

Layanan Bimbingan Karir
Program layanan yang ada di SLB ini berupa program layanan yang lebih dikhususkan pada keterampilan, diantaranya adalah:
1. Kegiatan pramuka
2. Seni tari yang dilaksanakan setiap hari sabtu
3. Keterampilan menyulam
4. Keterampilan menjahit
5. Seni musik

Penyebab Terjadinya ketunarunguan Berdasarkan Waktu Terjadinya
1. Penyebab Prenatal
Yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya, pada waktu janin masih berada dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus,virus rubella,mengalami trauma atau salah minum obat,yang semuanya ini berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi.
2. Penyebab Natal
Yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan dll.
3. Penyebab Postnatal
Yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau terkena penyakit tertentu.

1 komentar:

  1. saya sedang mencari informasi tentang bagaimana mendampingi dan mendidik anak tunarungu usia dini (mulai usia 2,5 th). apakah anak dalam usia ini perlu mendapat 'kemarahan' dalam cara mendidik demi perkembangannya? (misal: dibentak, dipaksa untuk membiasakan diri dalam sikap, diintervensi). Mohon penjelasan dan terima kasih?

    BalasHapus

Silahkan tulis komentar atau permasalahan yang ingin dikonsultasikan ke formulir ini :