Senin, 09 September 2013

ASAH OTAK ITU ASYIK!

Banyak orang beralasan “faktor U (usia)” seringkali membuat kinerja seseorang menurun. Banyak Kepala Sekolah dan Pengawas pendidikan mengeluhkan kinerja guru – guru yang sudah mau pensiun. Guru – guru yang sudah mendekati masa pensiunnya, biasanya sudah tidak punya semangat untuk mempelajari hal – hal baru, ia hanya mengajarkan apa yang bertahun – tahun biasanya ia ajarkan di kelas. Demikian juga halnya yang terjadi dengan karyawan kantor. Manajemen mengeluhkan para karyawan yang sudah mendekati masa pensiun, biasanya kerjanya lebih lamban, kinerjanya tidak secemerlang para karyawan yang masih muda. Akhirnya kita semua diminta memaklumi mengapa kinerjanya menurun, yaitu karena faktor U (usia).
Betulkah usia menghambat kemampuan berpikir / bekerja seseorang ? Ingatlah bahwa proses penuaan sebenarnya dimulai dari pikiran Anda. Tidak masalah Anda berusia 44 atau 74, jika Anda berpikir bahwa Anda sudah ‘tua’, maka Anda benar – benar menjadi ‘tua’, Anda akan mulai memberi banyak alasan pada segala hal (misalnya : tidak mau mengerjakan hal-hal sulit karena sudah tua, tidak mau menerima tantangan karena sudah tua, tidak mau mengejar kembali mimpi yang pernah Anda buat karena sudah tua dan terlambat, tidak mau mencoba hal – hal baru karena merasa sudah tua, dsb). Salah satu alasan mengapa banyak orang menjadi pikun / menurun kinerjanya karena mereka membiarkan diri mereka dikuasai oleh usia mereka. Betul sekali bahwa saat kita memasuki usia di atas 50, maka banyak perubahan fisik yang terjadi. Tetapi salah jika kita berpikir bahwa perubahan – perubahan ini membuat kita tidak bisa melakukan banyak hal yang biasanya kita lakukan di usia muda.

Kalau kita berpikir bahwa kita sudah tua dan tidak bisa belajar,
maka kita berhenti untuk memaksimalkan pikiran dan hidup kita.

Seringkali kita berpikir kalau sudah tua maka daya tangkap otak juga menurun. Tetapi sebenarnya itu tergantung seberapa sering kita melatih otak kita untuk berpikir aktif. Kalau anda berpikir bahwa anda sudah tua, maka anda akan merasa segan menggunakan otak anda untuk belajar. Akibatnya anda benar – benar menjadi tua dan lambat berpikir.
Ada banyak contoh : (kisah lengkap bisa dibaca di bawah)

CONTOH TOKOH YANG SUKSES WALAUPUN SUDAH PENSIUN.

1.      Bu Kasur

 

Sandiah mulai dikenal sebagai Ibu Kasur setelah mengasuh Taman Putra dan Taman Pemuda di Jakarta bersama suaminya, Pak Kasur. Mereka menikah ketika mengungsi di Jogjakarta pada 29 Juli 1946. Panggilan Kasur berasal dari kata Kak Sur, sebutan akrab Pak Kasur yang bernama asli Suryono. Ibu Kasur tamatan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di akhir tahun 1930-an. Setelah Pak Kasur meninggal, lembaga pendidikan anak itu berubah menjadi TK Mini Pak Kasur tahun 1968 yang kini mempunyai lima cabang di kawasan Jabotabek, yaitu di Cikini, Cipinang, dan Pasar Minggu (ketiganya di Jakarta), serta di Kemang (Bekasi), dan Banjar Wijaya (Tangerang).

Sampai menjelang akhir hayat, Ibu Kasur selalu ingin mendidik anak-anak. Meski belakangan tidak lagi langsung mengajar, namun masih selalu secara rutin mengunjungi TK Mini Pak Kasur. Ia selalu akrab dengan anak-anak. Selalu mengajak tos kepada anak-anak untuk memberi salam.

Sudah banyak alumninya yang sudah menjadi orang besar. Diantaranya Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M. Soeharto, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur.

Bu Kasur tidak menganal kata bosan berkecimpung dalam dunia pendidikan dasar anak-anak. Menurutnya, ada kenikmatan tersendiri ketika mengamati bagaimana anak-anak itu berkembang dari hari ke hari. Kelucuan, kepolosan anak-anak membuatnya lebih 'hidup'.

Tak seberapa banyak memang karya lagu ciptaan Bu Kasur dibandingkan dengan karya-karya suaminya yang mencapai sekitar 140 lagu. "Tak sampai 20 lagu saya," kata Bu Kasur tentang jumlah karyanya.

Untuk ukuran wanita seusianya, Bu Kasur masih tergolong cukup energik; menerima tetamunya yang hampir tiap hari mengalir ke rumahnya, terutama orang tua murid; masih giat mengikuti pelbagai acara (seperti berdarmawisata) yang diselenggarakan oleh sejumlah Taman Kanak-kanak di bawah Yayasan Setia Balita yang dipimpinnya. Ia juga menjadi pembicara seminar di berbagai tempat, atau menjadi juri di pelbagai lomba kreativitas maupun menyanyi lagu anak-anak.

Atas jasanya di dunia pendidikan anak-anak, Ibu Kasur pernah menerima sejumlah penghargaan, antara lain Bintang Budaya Para Dharma pada tahun 1992, penghargaan dari Presiden dalam rangka Hari Anak Nasional (1988), serta Centro Culture Italiano Premio Adelaide Ristori Anno II dari Pemerintah Italia pada tahun 1976.

Terakhir Bu Kasur juga mengantungi penghargaan sebagai pembawa acara anak-anak legendaris di televisi. Penghargaan tersebut dipajang di ruang kerja Ibu Kasur. Di ruang yang sama terpampang juga foto-foto Pak Kasur. Namun, segala penghargaan itu, apa pun bentuknya, tidak lantas membuat Bu Kasur puas dan berbangga diri, apalagi menepuk dada.

Ibu Kasur (Sandiah Suryono), pada usianya yang ke 73, masih aktif mencipta lagu anak-anak dan menjadi pembawa acara di televisi. Karyanya mencapai 30 lagu anak-anak, aktif memimpin Yayasan Setia Balita, dan mengelola lima Taman Kanak-Kanak. Dia memiliki semboyan, "Para Lanjut Usia Indonesia jangan terlalu banyak istirahat, agar tidak berkarat.”

2.      Ibu Bambang Wahono

Ibu Bambang Wahono adalah orang pertama di Indonesia yang berhasil membuktikan bahwa pengelolaan sampah di tingkat RT/RW dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.  Di usianya yang lanjut, 80 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan memberi teladan di daerah lingkungan tempat tinggalnya, Kampung Banjarsari di Jakarta Selatan. Ia tidak bosan – bosannya memotovasi para tetangga di sekitarnya untuk melakukan gerakan 3M (Mendaur ulang, Mengurangi, Memakai Ulang). dan penghijauan lingkungan secara sederhana, yang diawali dari lingkungan rumahnya sendiri. Ia memulainya dengan cara membuang sampah pada tempatnya, tidak merasa puas karena merasa volume sampah yang ia hasilkan cukup besar, ia mendaur ulang sampah yang ia hasilkan dari aktifitas rumah tangganya. Selain menggunakan lagi dan mendaur ulang sampah, Ibu Bambang juga membuat pengomposan untuk jenis sampah rumah tangga organik yang dihasilkan.

Tak puas menjalankannya seorang diri, ia pun mengajak para tetangganya. Ibu Bambang juga merasakan pengalaman sulitnya mengajak masyarakat mengelola sampah. Namun usaha kerasnya tersebut berhasil mengubah kampung yang tadinya gersang menjadi kampung yang bersih dan hijau. Ibu Bambang berhasil membawa Banjarsari menjadi contoh bagi tempat – tempat lainnya di Indonesia.


Kalau mereka mau beralasan, mereka bisa saja menganggap bahwa mereka sudah tua dan bukan lagi saatnya untuk bekerja keras. Namun mereka tidak mau usia tua menghalangi mereka untuk berpikir. Jadi tidak pernah ada kata ‘terlambat’ atau ‘terlalu tua’ untuk belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kita.

Bahkan banyak penelitian sebenarnya membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kualitas / efektivitas kinerja seseorang. Dibandingkan dengan pekerja yang masih muda, pekerja yang sudah berusia lanjut biasanya mengalami kesulitan dalam mempelajari sistem komputer / teknologi baru dan tugas – tugas yang memiliki tantangan fisik. Namun, hal ini tidak ada hubungannya dengan tingkat produktivitas (Human Capital Initiative, 1993 dalam Hoyer and Roodin, 2009). Banyak penelitian membuktikan bahwa orang yang usianya lebih tua bisa menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada pekerja – pekerja yang usianya lebih muda (Salthouse dan Maurer, 1996 dalam Hoyer dan Roodin, 2009).

Pemahaman tentang Cara Kerja Otak

Fungsi Kognitif pada Orang Dewasa Lanjut

Ada banyak sekali perdebatan mengenai penurunan intelektual pada masa dewasa akhir. David Wechsler (1972) dalam Santrock (1995) mengatakan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang (terbukti dari nilai tes intelegensi). Namun, setelah diteliti lebih lanjut, Schaie (1994) percaya adanya fleksibilitas pada intelegensi orang – orang dewasa lanjut. Berdasarkan data longitudinal yang dikumpulkan oleh Schaie (1994), data tersebut tidak menampakkan suatu penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya hingga usia 74 tahun. Schaie menemukan bahwa biasanya kemampuan intelektual menurun pada kecepatan memproses informasi, tetapi  justru mereka semakin terampil dalam hal memecahkan masalah kehidupan sehari - hari.
Otak manusia adalah komputer / mesin / alat yang paling kompleks. Satu hal yang harus diingat adalah otak manusia seperti otot yang harus dilatih terus menerus. Otak kita memang dirancang untuk belajar, kebutuhan otak kita agar dapat bertahan hidup adalah dengan BELAJAR. Kalau manusia tidak belajar, maka manusia pasti sudah punah sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan kemampuan otak kita.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi aktivitas otak kita :
  1. Kebiasaan Hidup Sehat
Marian C. Diamond (2001), salah seorang peneliti cara kerja otak mengatakan bahwa “makanan apa yang kita berikan pada otak kita adalah faktor yang sangat menentukan kesejahteraan otak kita”. Bahkan cara pertama yang dianjutkan oleh Diamond untuk membuat otak kita tetap sehat adalah DIET / memperhatikan pola makan. Hal itu juga yang dikemukakan oleh Reyes (2004), bahwa tubuh kita adalah representatif dari otak kita. Otak yang sehat merupakan hasil dari tubuh yang sehat. Hindari merokok, minuman berakohol, minuman dan makanan yang mengandung kafein, dan olahraga secara rutin merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi.

  1. Lihai mengelola stress
Diamond (2001) juga mengatakan bahwa stress yang terlalu banyak bisa mengurangi dimensi dari korteks (salah satu lapisan otak) dan merusak kesehatannya. Bahkan anak–anak saja membutuhkan situasi / lingkungan belajar yang tidak membuat mereka tertekan sehingga mereka bisa belajar maksimal. Para peneliti membuktikan bahwa stress dapat meningkatkan produksi hormon kortisol, di mana kadar kortisol yang terlalu tinggi merupakan suatu kondisi yang berbahaya bagi otak kita. Stress yang berlangsung lama dapat menghambat komunikasi antar sel di otak kita, akibatnya seseorang yang terlalu stress biasanya mudah lupa dan susah untuk belajar. Jadi, betapa pentingnya kemampuan mengelola stress, karena orang yang rentan terhadap stress biasanya juga tidak bisa memaksimalkan fungsi otaknya. Beberapa teknik mengelola stress sudah pernah kita bahas di modul – modul sebelumnya. Namun beberapa tips yang bisa kita terapkan saat stress adalah :
o   Melihat masalah sebagai suatu kesempatan untuk maju
o   Lakukan teknik relaksasi seperti yoga, meditasi
o   Buang dan hindari tanggungjawab serta aktivitas yang terlalu padat / sibuk
o   Sediakan waktu untuk refreshing / bersantai.                       

  1. Mengasah Otak untuk Berpikir
Penelitian membuktikan bahwa orang – orang tua yang mengikuti pelatihan ketrampilan kognitif dapat meningkatkan kembali kemampuan berpikirnya. Misalnya, pelatihan seperti mnemonik (cara – cara menghafal efektif). Hampir 40 % dari mereka yang kemampuannya menurun, dapat kembali lagi mengingat dengan benar deretan angka dan huruf (Kliegl, Smith, dan Baltes, 1990 dalam Santrock, 1995). Hal ini berarti otak kita harus terus menerus diasah dan diaktifkan. Dengan membuat semua saraf di otak kita tetap aktif, maka kita bisa mencegah penurunan fungsi – fungsi otak.

Oleh karena itu, dalam modul ini akan dikemukakan beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk bisa mengaktifkan / menstimulasi otak terus menerus.

A = Aktif berkarya
S = Siap belajar hal yang baru
A = Aktif bergerak
H = Hidup bersosialisasi

Aktif Berkarya

Cobalah untuk berdiam diri selama sepuluh menit (seperti pura – pura menjadi patung) tanpa bergerak sama sekali. Rasanya pasti pegal dan kaku. Demikian dengan hidup kita. Manusia diciptakan untuk selalu bergerak, bertumbuh dan berkarya. Sekali saja Anda merasa tidak perlu melatih diri Anda lagi dalam satu bidang, maka rasanya akan sulit dan berat untuk memulai kembali menekuni bidang tersebut. Misalnya, dahulu Anda pernah belajar komputer, tetapi cobalah untuk tidak menyentuh komputer selama bertahun – tahun. Saat Anda ingin menggunakannya kembali, Anda pasti sudah lupa semua caranya. Pernahkah Anda bertemu orang – orang yang dulunya jago dalam bidang tertentu, namun karena tidak pernah berlatih lagi, akhirnya orang – orang ini tenggelam dalam usiana. Ia akhirnya merasa sudah tua dan terlambat untuk mengembangkan potensinya, akhirnya ia tidak pernah menekuni bidang tersebut lagi.
Anda tidak boleh berhenti berkarya sekalipun usia Anda semakin lanjut. Jangan pernah berpikir bahwa Anda terlalu tua untuk mengejar mimpi Anda. Jika kita ingin potensi kita bertambah, kita harus mempergunakannya. Ingatlah bahwa potensi yang tidak terpakai, akan terbuang percuma. Ada 3 hal yang harus kita perhatikan agar kita tetap aktif berkarya :

1.   Tekuni hobi Anda / hal – hal yang Anda sukai.
Mulailah dari hal–hal yang Anda sukai. Gunakan kesempatan pensiun ini untuk mengembangkan hobi Anda.

2.   Tetap fokus mengembangkan potensi Anda.
Hal paling penting yang harus kita temukan dalam hidup ini adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan kita secara pribadi. Mengetahui potensi kita yang sesungguhnya adalah garis start Anda bisa memulai perjalanan hidup Anda. Diskusikan potensi Anda dengan orang – orang terdekat dalam hidup Anda, biasanya mereka bisa memberikan masukan yang bisa dipercaya.

3.   Tentukan mimpi dan target yang ingin dicapai.
Pikirkan mimpi dan target yang masih ingin dicapai namun hal tersebut adalah hal yang realistis. Dengan menuliskan 10 hal yang paling ingin Anda lakukan dalam hidup, Anda sedang menstimulasi otak Anda untuk berimajinasi dan membuat rencana akan hidup Anda di masa mendatang.


Siap Belajar Hal yang Baru

Sebagian besar dari kita, setelah kita lulus dari sekolah, hasrat untuk mengejar pengetahuan yang baru pun tidak sebesar saat kita masih sekolah dahulu. Mungkin kita menjadi semakin mahir dalam melakukan pekerjaan kita, tetapi kita tidak mempelajari hal yang baru. Ada bukti yang sangat kuat bahwa pendidikan dan belajar itu mempengaruhi kinerja dan kapasitas otak. Para peneliti percaya bahwa aktivitas intelektual dapat mencegah otak kita mengalamai demensia / kepikunan. Bahkan beberapa penelitian memperkirakan bahwa tingkat pendidikan formal dan kemampuan berbahasa yang rendah merupakan faktor resiko adanya penurunan kognitif yang parah di usia lanjut.
Namun, jika kita terus belajar dan menantang diri kita, otak kita akan terus berkembang. Otak manusia dirancang untuk selalu belajar. Makanan otak kita adalah pengetahuan yang baru. Jadi, belajar adalah langkah penting untuk meningkatkan kapasitas otak karena setiap kali belajar maka jaringan otak akan membentuk sambungan – sambungan saraf yang baru.
Carilah topik dan pengetahuan yang menarik. Kita perlu menantang otak kita untuk selalu mempelajari hal – hal baru, misalnya :
       Belajar komputer / teknologi masa kini
       Jalan – jalan dengan mencari rute baru
       Belajar menguasai satu alat musik
       Mempelajari suatu ketrampilan baru, misalnya berkebun, melukis, memasak, dsb.
       Rutin membaca koran setiap hari
       Belajar bahasa asing, dll.
Bahkan, ada penelitian yang mengatakan bahwa mempelajari bahasa asing bisa membuat pikiran seseorang tetap muda dan menunda munculnya gejala-gejala penyakit karena usia lanjut seperti Alzheimer's (lifestayle, www.metrotvnews.com, 2011).Hal ini disebabkan karena penggunaan beberapa bahasa dapat meningkatkan suplai darah ke otak dan mengaktifkan bagian otak yang belum digunakan, sehingga ada koneksi saraf yang terjaga.
Jadi, tantang  otak untuk belajar keterampilan baru atau hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda bukan seniman, cobalah untuk belajar melukis atau memahat. Jika Anda bisa bermain piano, belajarlah memainkan gitar. Temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk dapat menjaga otak tetap aktif.


Aktif Bergerak

Latihan fisik juga dapat meningkatkan kesehatan otak, karena dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Menurut Stanford Center on Longevity and the Max Planck Institute for Human Development, latihan fisik dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori. Beberapa contoh olah raga / latihan fisik yang dapat dilakukan oleh usia lanjut dalam memelihara kebugaran, antara lain :
1.   Pekerjaan Rumah dan Berkebun.
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi jangan sampai melebihi batas maksimal.
2.   Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5–6, di kala udara masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap kendaraan bermotor, pabrik yang menyebabkan polusi udara.
3.   Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi untuk orang – orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan dilakukan secara teratur.
4.   Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali secara berirama menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan.



Sumber
Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan.
Depkes :Jakarta

Salah satu aktivitas fisik yang juga dapat meningkatkan fungsi otak adalah senam otak. Herawati dan Wahyuni (2004) menyatakan bahwa senam otak memberikan pengaruh yang positif pada keseimbangan orang lanjut usia. Pada dasarnya, senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkan fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia. Senam ini dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, mengatur tekanan darah, meningkatkan penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga koordinasi (Dennison, 2002).

Panduan Gerakan Senam Otak yang akan dipraktekkan :

1.   GERAKAN SILANG

Cara                 : Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan, samping, atau belakang.
                          Agar lebih ceria Anda bisa menyelaraskan gerakan dengan irama musik.
Manfaat            : Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan bagian yang
  menggunakan informasi (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal
  baru dan meningkatkan daya ingat.
Instruksi            :
1. Angkat kaki kanan ke atas menyilang dengan gerakan tangan ke kiri (sentuh paha / sentuh tumit).
2. Angkat kaki kiri ke atas menyilang dengan gerakan tangan ke kanan (sentuh paha / sentuh tumit).
3. Angkat kaki kiri ke belakang menyilang dengan gerakan tangan ke kanan.
4. Angkat kaki kanan ke belakang menyilang dengan gerakan tangan ke kiri.
5. Angkat paha kanan bersamaan dengan memutar tangan ke arah kanan (bisa juga dilakukan sambil duduk).
6. Angkat paha kiri bersamaan dengan memutar tangan ke arah kiri (bisa juga dilakukan sambil duduk).


2.   LUNCURAN GRAVITASI

Cara                 : Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan ke depan bawah.
  Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki
  berganti -ganti.
Manfaat            : Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan
               mengorganisasi dan meningkatkan energi.
Instruksi            :
  1. Duduk di kursi dan silangkan kaki.
  2. Tundukkan badan dengan lengan ke depan bawah.
  3. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik.
  4. Lakukan dengan posisi kaki berganti -ganti.

3.   MENGAKTIFKAN TANGAN

Fungsinya         :
  • Peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan
  • Pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai
  • Peningkatan energi pada tangan dan jari
Instruksi            :
15.    Luruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas.
16.    Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang satu menahan dorongan tsb.



Hidup Bersosialisasi

Interaksi sosial dapat diukur dengan cara seberapa sering seseorang berkomunikasi dengan teman, tetangga, keluarga, seberapa sering mereka menghabiskan waktu bersama dengan orang lain. Bersosialisasi merupakan salah satu latihan mental yang dapat meningkatkan kapasitas otak kita, karena kita belajar bertemu dan mengelola orang – orang di sekitar kita. Di bawah ini adalah beberapa penelitian yang mengejutkan :
·      Sebuah tim peneliti Amerika menemukan bahwa berbicara kepada orang lain selama 10 menit setiap hari dapat meningkatkan memori dan skor tes intelegensi. Semakin tinggi tingkat interaksi sosial, semakin baik fungsi kognitif berkembang.
·      Penelitian terhadap 2800 orang yang berusia 65 tahun ke atas (peneliti dari Harvard) menyatakan bahwa subyek yang memiliki minimal lima lingkungan sosial dalam hidupnya (komunitas rohani, komunitas seusia, keluarga, rekan kerja, tetangga, dsb) mengalami lebih sedikit penurunan kognitif dibandingkan subyek yang tidak memiliki ikatan sosial apapun.
·      Sebuah studi 2006 oleh Dr David Bennett dari Rush University Medical Center menemukan bahwa memiliki jaringan sosial dapat memberikan perlindungan terhadap gejala klinis penyakit Alzheimer.
·      Penelitian yang dilakukan oleh Bryan James dari Rush Alzheimer’s Disease Center menunjukkan, banyak bergaul sama manfaatnya dengan permainan asah otak seperti teka-teki silang dan sudoku. Makin banyak bergaul, fungsi otak akan semakin awet. Menurutnya, orang pikun susah bergaul karena tak mudah untuk mengingat wajah dan nama orang lain.Sebaliknya, penelitian membuktikan orang yang jarang bergaul mengalami kemunduran fungsi otak dan pikun di usia yang lebih muda  

Jadi, otak dapat dilatih dengan menjalani kehidupan sosial Anda, misalnya dengan mengunjungi teman. Jangan sampai Anda merasa kesepian, karena kesepian menciptakan sebuah tekanan mental yang akan memicu kerusakan otak. Ingat, Anda bisa saja sendiri namun tidak kesepian karena Anda yakin bahwa Anda memiliki orang – orang yang selalu mendukung Anda. Namun, Anda bisa saja berada di antara orang banyak, tetapi Anda tidak merasa ada yang mendukung Anda dan Anda tetap kesepian. Jadi, kuncinya adalah mulai membangun hubungan dengan banyak orang. Kita akan membahas hal ini lebih detil di modul berikutnya.


PENUTUP

Saya akan menutup modul ini dengan sebuah cerita tentang seorang wanita muda yang memiliki kebiasaan untuk bercermin setiap saat. Saat dia melihat setitik jerawat, ia mulai kuatir. Sayangnya reaksi kekhawatirannya berlebihan, ia jadi berpikir bahwa ia benar – benar tidak cantik, ia selalu menatap ke cermin dan merasa terganggu dengan jerawat tersebut. Akhirnya ia mulai memiliki jerawat – jerawat lainnya dan ia mulai terlihat lebih tua dari usianya.
Apa yang kita PIKIR tentang diri kita, maka seperti ITULAH JADINYA kita.
Ingat bahwa pikiran kita berkuasa. Apapun yang otak / pikiran kita renungkan, maka tubuh kita akan mengikuti.


DAFTAR PUSTAKA

Diamond, Marian C. (2001). Successful Aging of the Healthy Brain. [On-line]. Available :

Herawati, Isnaini and Wahyuni, wahyuni (2004). Perbedaan Pengaruh Senam Otak dan Senam Lansia terhadap Keseimbangan pada Orang Lanjut Usia. [On-line]. Available :
http://eprints.ums.ac.id/524/1/infokes_8_(1)_isnaeni.pdf

Hoyer, William J. & Roodin, Paul A. (2009). Adult Development and Aging (5th ed.). New York : McGraw Hill Companies.
Reyes, Diana (2004). You Can Stay Young and Healthy. Wordlink Marketing Corporation.
Santrock, John W. (1995). Lifespan Development (5th ed.). Dallas : Wm. C. Brown Communications, Inc.


http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/i/ibu-kasur/index.shtml 



http://lansiasehat.com/banyak-banyak-bergaul-agar-tidak-cepat-pikun.html
CreativeMINDS
Psychoeducational Consulting
PT.ANDARI PRIMAKARYA
JL.TIRTAYASA I NO.6 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN

Minggu, 19 Februari 2012

Bagaimana Mendeteksi Gejala Autis pada Anak

Anak perempuan itu menolak tatapan mata saya dan langsung melihat ke arah lain. Ekspresi mukanya datar dan mulutnya berkomat-kamit mengeluarkan kata-kata yang tidak beraturan. ”Ya Tuhan,”saya berdoa dalam hati saya,”Mengapa anak semanis ini harus mengalami autis?”

Bekerja sebagai seorang praktisi dibidang klinis anak, saya harus membiasakan diri menegakkan suatu diagnosa yang sebenarnya saya sendiri  merasa berat melakukannya. Oh ya, saya sangat senang ketika mengabarkan kepada orang tua bahwa anak mereka memiliki IQ sebesar 150. Hal yang berbeda terjadi saat saya harus menyampaikan kabar bahwa anak mereka mengalami autisme. Dipandang dari sudut profesionalitas, mungkin banyak seorang praktisi yang terlalu melibatkan perasaan dalam pemeriksaan terhadap pasien-pasiennya. Di sisi lain sebagai praktisi kita harus bertindak secara objektif dalam menyimpulkan permasalahan anak di tempat kita bekerja. Bagaimanapun, tidak mudah menghadapi reaksi orang tua yang terkejut, menangis, bahkan tidak mau menerima kondisi anaknya yang didiagnosa mengalami autis.
Saat ini gangguan autisme yang dikenal dengan nama Autistic Spectrum Disorder (ASD) telah merebak menjadi sebuah epidemi di banyak negara. Sebuah organisasi yang bergerak di bidang penanganan Autis di Amerika membuat pernyataan yang mengagetkan bahwa 1 dari 150 anak terdiagnosa autis. Ini adalah data yang fantastis sekaligus memprihatinkan semua pihak. Di Indonesia sendiri, data terakhir yang diperoleh adalah dari tahun 2004 yang mencatat sebanyak 475.000 anak didiagnosa mengalami autis.
Hampir semua orang mempertanyakan apa yang menjadi penyebab gangguan perkembangan yang menyebabkan seorang anak tidak mampu berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Ia seolah-olah terisolasi dari dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri. Istilah ’autis’ sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ’didalam diri sendiri’. Gangguan ini mulai dideteksi oleh Leo Kanner pada tahun 1943 dan sampai saat ini penelitian mengenai penyebab dan cara menanganinya masih terus berlanjut.
Misteri yang Belum Terpecahkan
”Bagaimana mungkin anak saya autis? Apa penyebabnya, bu? Apakah semua ini salah saya?” pertanyaan ini sangat sering dilontarkan orang tua kepada saya. Menenangkan orang tua yang mengalami shock merupakan kewajiban saya sebagai seorang profesional. ”Ibu tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Sampai saat ini penyebab autis masih menjadi tanda tanya besar.” Bukannya bermaksud memberikan sekedar ’angin surga’ kepada orang tua namun pada faktanya memang sampai saat ini belum ada satu hasil penelitianpun yang secara tegas menyimpulkan penyebab tunggal dari gangguan yang mengerikan ini.
Diperkirakan salah satu penyebab autis adalah faktor genetik, hal ini terbukti dari lebih besarnya jumlah penyandang autis pria dibanding wanita. Selain itu, perkiraan lain mengatakan bahwa autis disebabkan oleh keracunan logam berat. Hal ini mungkin terjadi karena ibu makan sea food yang sudah tercemar logam berat atau melakukan tambal gigi yang mengandung amalgam. Seorang dokter yang mendalami bidang autis pernah mengemukakan dalam seminar bahwa sebaiknya saat mengandung ibu-ibu tidak menggunakan make up sama sekali. Hal ini adalah untuk menghindari kemungkinan terpaparnya janin dalam kandungan terhadap merkuri yang mungkin terdapat dalam kosmetik yang digunakan. Ada pula yang memperkirakan bahwa banyaknya jenis vaksinasi yang diterima oleh bayi menyebabkan masuknya merkuri dalam jumlah besar ke dalam tubuh anak pada usia terlalu dini. Hal ini disebabkan karena sebagian besar vaksin yang digunakan menggunakan thimerosal (etil merkuri) sebagai bahan pengawetnya. Akibatnya, untuk anak-anak yang rentan kemungkinan akan memperlihatkan gejala autis yang disebabkan karena keracunan logam berat.
Kenalilah Gejala Autis Sedini Mungkin!
Sangatlah penting bagi orang tua untuk mengenali gejala yang ada pada gangguan ini. You are your child’s first doctor. Karakteristik seorang anak yang mengalami autis ditandai dengan 3 hal. Pertama, anak tidak mampu berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Ia cenderung menolak menatap mata lawan bicaranya dan memilih melihat ke arah lain saat diajak berbicara. Saat merasa senang atau sedih, ekspresi mukanya tetap datar dan tidak mengalami perubahan. Biasanya orang tua merasa frustasi karena anak mereka tidak bisa diajak bermain ci luk ba, menolak untuk dipeluk, dan hampir tidak pernah memulai pembicaraan dengan orang tuanya.
Kedua, anak mengalami keterlambatan bicara atau bahkan sama sekali tidak bisa berbicara. Batas usia yang diberikan para ahli untuk mentoleransi seorang anak mengucapkan kata pertamanya adalah 18 bulan. Pada perkembangannya di usia 2 tahun anak minimal dapat mengucapkan sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, sesederhana apapun itu. Pada anak yang mengalami autis, sekalipun ia dapat berbicara, biasanya kata-katanya tidak jelas (sering dikenal dengan istilah bahasa planet) atau tidak sesuai dengan konteks pembicaraan.
Ketiga, anak tampak sering melakukan rutinitas yang berulang atau sangat menyukai benda tertentu secara berlebihan. Hellen (bukan nama sebenarnya), menjerit-jerit saat ibu tidak menghidangkan sarapan paginya menggunakan piring merah muda dengan pola bunga-bunga di sekeliling piringnya. Ia juga tidak mau makan saat posisi piring, garpu, dan sendok tidak tertata secara simetris seperti biasanya. Selain memiliki pola rutinitas yang sangat kaku, anak yang mengalami autis biasanya bermain secara aneh terus menerus. Kasus yang sering dijumpai adalah mereka senang sekali memutar roda mobil-mobilannya dalam waktu yang lama, berjam-jam melihat kipas angin yang berputar, atau menyusun mainannya dalam pola yang berulang. Ada pula anak yang sangat senang benda yang berwarna hijau dan terus menerus merengek agar ia dapat memegang sebuah stabilo hijau selama menjalani terapi.
Gejala yang paling mudah dikenali dari autisme adalah minimnya kontak mata anak terhadap lawan bicaranya. Gejala lain yang juga mudah dikenali adalah apabila anak mengalami keterlambatan bicara. Bagaimanapun, untuk gejala yang kedua ini, orang tua perlu berhati-hati. Tidak semua anak yang terlambat bicara pasti mengalami autis, namun terlambat bicara merupakan salah satu karakteristik autis.
Apa yang Harus Saya Lakukan?
Langkah pertama yang perlu ditempuh orang tua apabila mencurigai anaknya mengalami autis adalah dengan membawa anak tersebut pada ahli. Diagnosa autis dapat ditegakkan oleh seorang psikolog atau dokter melalui pemeriksaan yang terstandarisasi. Apabila anak mengalami autis, umumnya psikolog atau dokter akan menganjurkan orang tua untuk mengikutkan anak dalam terapi. Jenis dan jumlah jam terapi biasanya tergantung pada seberapa berat gangguan autis yang dialami anak. Umumnya jenis terapi yang perlu diikuti adalah terapi sensori integrasi, perilaku, dan wicara. Tidak sedikit pula anak yang perlu menjalani farmakoterapi, yaitu pemberian obat tertentu oleh dokter. Pastikan tempat terapi memiliki program dan sistem evaluasi yang baik untuk memantau kemajuan anak.
Selain terapi, anak yang mengalami autis juga perlu menjalani diet. Diet yang tepat akan ‘mempersiapkan’ tubuh anak menerima materi terapi. Tanpa diet, terapi yang dilakukan akan menjadi kurang efektif. Umumnya, diet yang harus dijalani adalah dengan menghindari makanan yang mengandung kasein dan gluten. Hal ini termasuk salah satu tugas terberat orang tua. Karena tidaklah mudah menahan anak mengkonsumsi makanan yang mengandung kasein seperti susu, mentega, es krim, coklat, dan yogurt. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja sulit menahan dirinya untuk tidak mengkonsumsi coklat. Belum lagi makanan yang mengandung gluten yang umumnya terdapat dalam tepung terigu. Makanan seperti roti, biskuit, mi, makaroni, spagheti, dan segala sesuatu yang berasal dari terigu wajib dihindari. Bagaimanapun tidak semua anak yang terdiagnosa autis harus menghindari semua jenis makanan tersebut. Untuk mengetahui secara spesifik jenis makanan apa yang harus dihindari anak, dapat diadakan tes alergi.