Rabu, 25 Mei 2011

Kecemasan

Pengertian Kecemasan

Menurut Chaplin (dikutip Kartono, 2000, h. 53) anxiety atau kecemasan, kegelisahan. Pengertian lebih lanjut sebagai berikut: Perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang ringan. Kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap. Satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penginderaan yang dipelajari. Pada peristiwa adanya perangsang bersyarat (respon terkondisionir), biasanya pada peristiwa kejutan atau shock, subjek yang bersangkutan memperlihatkan tingkah laku yang membuktikan adanya kecemasan, termasuk antara lain, terkencing-kencing, terberak-berak, usaha kabur melarikan diri, menjauhi aparat, dan lain-lain. Pola reaksi yang kompleks ditandai oleh perasaan-perasan kecemasan yang kuat dan ditandai gejala-gejala somatis, seperti berdebarnya jantung, rasa tercekik, sesak didada, gemetar, pingsan dan lain-lain.

Dari teori itu dapat disimpulkan bahwa anxiety adalah kecemasan pada remaja yang berisikan ketakutan, keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab yang jelas dengan menampakan tingkah laku yang membuktikan adanya kecemasan pada individu tersebut, baik saat sedang, maupun sesudah memakai ganja. Kecemasan ini akan diukur dengan menggunakan beberapa indikator yaitu secara kognitif, motorik, somatik, dan afektif.

Kecemasan terdapat beberapa komponen sebagai berikut: secara biologis perilaku kecemasan dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala fisik seperti gemetar, rasa tercekik, sesak di dada, keluar keringat dingin, terkencing-kencing, jantung berdebar-debar, ujung jari dan tangan terasa dingin, tatapan mata yang ketakutan. Secara psikologis timbul perasaan ketakutan, keprihatinan, khawatir, was-was, curiga, malu, dan gugup. Secara sosial menunjukan perilaku menarik diri, takut terhadap aparat, timbul kecurigaan dan rasa tidak percaya dengan orang lain, pergaulan hanya terbatas pada orang-orang yang dianggap seide dengannya.

Rasa cemas yang dialami oleh individu dapat mempengaruhi perilaku kehidupan sehari-hari. Menurut Grasha dan Kirschenbaum (dikutip Siahaan, 2000) menyebutkan ada dua pengaruh kecemasan dalam diri individu, yaitu: Pengaruh positif, dalam tingkat yang wajar, kecemasan dapat mengarahkan perilaku seseorang. Menggiatkan dan membantu proses penyesuaian diri seseorang, yakni dengan jalan menggiatkan kewaspadaan, sensitivitas dan konsentrasi terhadap alam sekitar, sehingga memungkinkan manusia untuk dapat memutuskan dengan lebih baik tindakan yang tepat untuk dijalankan. Pengaruh negatif, tingkat kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan simptom fisik yang menghalangi fungsi diri untuk bekerja efektif.
Kedua pengaruh diatas dapat terjadi baik disadari maupun tidak disadari, dan hal ini tampak dalam perilaku yang ditampilkan oleh individu tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan

Kecemasan terjadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Atkinson (1991, h. 213) yaitu:
1. Kecemasan sebagai konflik yang tidak disadari. Disebutkan oleh Freud bahwa kecemasan neurotis merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara impuls id (terutama seksual dan agresi) dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan super ego. Dengan kata lain, impuls-impuls id dapat menimbulkan ancaman bagi individu karena bertentangan dengan nilai pribadi atau sosial.
2. Ancaman pada konsep diri. Setiap individu mempunyai bayangan atau pandangan akan dirinya sendiri. Bayangan ini berhubungan dengan setiap aspek keberadaan individu tersebut, sedangkan dalam kehidupan individu sering menerima umpan balik atau penilaian dari orang lain, sehingga terjadi keraguan akan self image itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya tingkat kecemasan.
3. Kecemasan sebagai respon yang dipelajari. Kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu melalui proses belajar. Individu yang biasa menghindar atau melarikan diri dari situasi yang mengancam, apabila ia memikirkan untuk mengatasi ancaman itu, maka ia akan mengalami kecemasan.
4. Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali. Individu akan mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang berada di luar kendali dirinya.
5. Tugas yang belum diselesaikan. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa tugas yang belum diselesaikan dapat menimbulkan masalah, karena berarti menunjukkan adanya sesuatu yang tidak berakhir, maka perasan cemas akan muncul sampai hal ini berakhir.
Dari beberapa uraian di atas, dimungkinkan beberapa orang akan mengalami kecemasan dalam waktu yang bersamaan meskipun penyebabnya berbeda.

Indikator Kecemasan

Individu yang mengalami kecemasan seringkali tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia mengalami kecemasan. Menurut Sue dkk (Dikutip Siahaan 2000). Kecemasan mempunyai empat indikator, yaitu:
1. Secara kognitif, individu tersebut terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan dan apabila ia dapat mengambil keputusan, hal ini akan menghasilkan kekhawatiran lebih lanjut, individu juga akan mengalami kesulitan tidur atau isomnia.
2. Secara motorik, gemetar sampai dengan kegoncangan tubuh yang berat. Individu sering gugup dan mengalami kesukaran dalam berbicara.
3. Secara somatik, reaksi fisik atau biologis dapat berupa gangguan pernapasan ataupun gangguan pada anggota tubuh seperti; jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah meningkat, dan gangguan pencernaan, bahkan terjadi kelelahan dan pingsan.
4. Secara afektif, dalam emosi individu tidak tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkan ia depresi.

Macam-macam Kecemasan

Menurut Chaplin (dikutip Kartono, 2000, h.33) macam-macam kecemasan mempunyai pembagian sebagai berikut:
1. Anxiety equivalent, padanan kecemasan, yaitu suatu reaksi simpatetik yang kuat, seperti detak jantung yang cepat, menggantikan kecemasan yang tidak disadari.
2. Anxiety fixation, fiksasi kecemasan, yaitu mempertahankan atau memindahkan reaksi kecemasan dari masa atau tingkat lebih dini dari perkembangan ketaraf lebih lanjut.
3. Anxiety hysteria, histeria kecemasan, bentuk neurosa dengan ciri karakteristik ketakutan dan gejala konversial (pengubahan, penukaran), atau dengan perwujudan konflik berupa gangguan atau penyakit somatis.
4. Anxiety neurosis, neurosa kecemasan, yaitu suatu bentuk neurosa dengan gejala mencolok ialah ketakutan yang tidak bisa diindentifikasikan dengan suatu sebab khusus, dan dalam banyak peristiwa merembes serta mempengaruhi wilayah-wilayah utama kehidupan seseorang.
5. Anxiety object, objek kecemasan, yaitu penggantian atau pemindahan ketakutan pada suatu objek yang mewakili pribadi yang dahulunya menyebabkan timbulnya rasa ketakutan tersebut.
6. Anxiety reaction, reaksi kecemasan, yaitu pola reaksi yang kompleks ditandai oleh perasaan-perasaan kecemasan yang kuat dan disertai gejala-gejala somatis, seperti berdebarnya jantung, rasa tercekik, sesak didada, gemetaran, dan pingsan.
7. Anxiety tolerance, toleransi kecemasan, yaitu tingkat kecemasan yang masih dapat ditanggung seseorang tanpa menimbulkan gangguan psikologis serius atau tanpa mengakibatkan ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Menurut Freud (dikutip Atkinson, 1993, h. 212) membedakan dua bentuk kecemasan sebagai berikut: Kecemasan objektif, merupakan respon yang realitis terhadap bahaya eksternal yang maknanya sama dengan rasa takut. Kecemasan neurotis, merupakan kecemasan yang timbul dari konflik tak sadar dalam diri individu. Karena konflik itu tidak disadari, maka yang bersangkutan tidak mengetahui alasan kecemasannya.
Haber dan Runyon (dikutip Siahaan, 2000) membagi kecemasan menjadi dua kelompok besar, yaitu: General anxiety, individu akan merasa cemas hampir pada seluruh situasi dalam hidupnya, bahkan situasi yang biasanya tidak menimbulkan kecemasan. Individu tersebut merasa takut akan masa depannya dan khawatir hampir pada seluruh hal. Specifik anxiety, individu hanya menunjukan rasa cemas pada situasi tertentu, seperti cemas untuk berbicara di depan umum atau cemas pada saat akan melakukan test.
Spielberger (dikutip Siahaan, 2000) mendefinisikan kecemasan dalam dua bentuk besar, yaitu: Kecemasan sesaat atau A-State, sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh pemaknaan subjektif yang dilakukan secara sadar mengenai perasaan tegang (feeling of tension) dan keprihatinan (apprehension), serta aktivitas sistem syaraf otonom. Kecemasan dasar atau A-Trait, adalah perbedaan-perbedaan yang meliputi rentang yang luas dalam memaknakan situasi-situasi rangsang sebagai suatu ancaman atau bahaya, dan dalam kecenderungan untuk merespon terhadap ancaman dengan reaksi-reaksi A-State. Jenis kecemasan yang akan diteliti adalah A-State yaitu untuk mengetauhi kecemasan sesaat yang disadari oleh individu setelah menghisap ganja.

1 komentar:

  1. maaf, bisa minta referensi ttg kecemasan yg berakibat pada lingkup sosial ga? terima kasih

    BalasHapus

Silahkan tulis komentar atau permasalahan yang ingin dikonsultasikan ke formulir ini :